Tetap Optimis dan Terus Semangdh ^_^)/'

Yesterday is History, tomorrow is mistery, and today is present day. Present dapat diartikan sebagai hadiah.. jadi, manfaatkanlah hadiah dari Allah SWT dengan sebaik-baiknya.

Rabu, 16 Mei 2012

Artikel PTK (Penelitian Tindakan Kelas)


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK SETTING KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
 KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 MINGGIR
Oleh:
Erfin Dwisita
07410022
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguuan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
2011

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi Faktorisasi Suku Aljabar di kelas VIII C SMP Muhammadiyah 1 Minggir tahun ajaran 2011/2012 dengan menerapkan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif. Di samping itu juga bertujuan untuk mengaktifkan siswa dan  meningkatkan kepemahaman siswa dalam pembelajaran matematika dalam mengaplikasikan materi dalam kehidupan sehari-hari pada materi faktorisasi suku aljabar di kelas VIII C SMP Muhammadiyah 1 Minggir  tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Minggir  tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan . Alur Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan Model Kemmis dan Taggart dengan beberapa tahap penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Jumlah siswa dalam penelitian ini ada 34 siswa yang terdiri dari 20 siswa putri dan 14 siswa putra. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, pedoman wawancara, LKS, tes dan dokumentasi. Analisis data  menggunakan deskriptif kuantitatif.
            Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif pada siswa kelas VIII C SMP SMP Muhammadiyah 1 Minggir  tahun ajaran 2011/2012 materi Faktorisasi Suku Aljabar dapat meningkatkan: (1) aktivitas siswa untuk setiap siklusnya yaitu pada siklus I sebesar 69,3 % dengan katagori tinggi,dan meningkat   pada siklus II sebesar 82 % dengan kategori sangat tinggi; (2) prestasi belajar siswa  yaitu nilai rata-rata siswa sebelum penelitian adalah 66,74 dengan persentase ketuntasan mencapai 44 %. Setelah diadakan penelitian pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 76,91 dengan persentase ketuntasan mencapai 61,76 %, pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 82,5 dengan persentase ketuntasan mencapai 85, 29 %.

Kata kunci: Model Pembelajaran Realistik Setting Kooperatif, Aktivitas Belajar dan  Prestasi Belajar

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil observasi SMP Muhammadiyah 1 Minggir yang dilakukan oleh peneliti, proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VIII C adalah ceramah dan pemberian tugas. Di dalam pembelajaran berlangsung  siswa kurang mudah memahami materi pembelajaran sehingga guru harus mengulang-ulang materi pembelajaran sehingga siswa memahami materi tersebut. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang akan mengakibatkan menurunnya hasil belajar yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.           
Pembelajaran di SMP Muhammadiyah 1 Minggir cenderung masih berpusat pada guru (teacher oriented), kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengamplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan nyata khususnya pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar. Faktor lain yang menyebabkan sulitnya matematika kurang bermakna. Pembelajaran di kelas perlu mengkaitkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari agar siswa lebih mudah memahami persoalan matematika. Pembelajaran yang kurang bermakna menyebabkan kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika. Motivasi yang kurang menyebabkan aktivitas belajar siswa berkurang.
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Maka dari itu, diperlukan inovasi di bidang pembelajaran matematika. Salah satu hasil inovasi di bidang pembelajaran matematika adalah Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).
Pembelajaran Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk lebih memahami persoalan matematika. Guru dalam pembelajaran di kelas perlu mengkaitkan pengalaman kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika. Karena bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) adalah pembelajaran matematika Realistik Setting Kooperatif.
Pembelajaran Realistik Setting Kooperatif merupakan suatu penerapan pembelajaran dengan menggunakan prinsip dan karakteristik (PMR) dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan Setting Kooperatif. Dengan menerapkan pendekatan Realistik Setting Kooperatif dalam pembelajaran matematika di sekolah, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi tersebut, sehingga dapat berpengaruh baik terhadap prestasi belajar siswa dan siswa memiliki pemahaman yang baik tentang konsep-konsep matematika serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep tersebut. Dengan demikian, pembelajaran matematika Realistik Setting Kooperatif diharapkan memberikan kontribusi yang besar bagi pemahaman siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

PEMBAHASAN
Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk memahami persoalan matematika. Adapun prinsip-prinsip dan karakteristik PMRI adalah sebagai berikut:
a.       Prinsip–prinsip PMRI
Prinsip RME (Realistic Mathematic Education) menurut Van den Heuvel-Panheuzen dalam supinah (2009:75) adalah sebagai berikut:
a)      Prinsip aktivitas yaitu manusia adalah aktivitas manusia. Pembelajaran harus aktif baik mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika.
b)      Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa.
c)      Prinsip berjenjang artinya dalam belajar matematika siswa melewati berbagai jenjang kepemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi dari masalah kontekstual atau realistik secara informal melalui skematisasi memperoleh pengetahuan dari hal-hal yang mendasar sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis yang formal.
d)     Prinsip jalinan artinya aspek atau topik dalam matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik.
e)      Prinsip interaksi yaitu matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Siswa perlu dan harus diberi kesempatan menyampaikan strateginya dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, menyimak apa yang ditemukan orang lain, bagaimana strategi menemukannya serta menanggapinya.
f)       Prinsip bimbingan yaitu siswa diberi kesempatan untuk menemukan (reinvention) pengetahuan matematika secara terbimbing.

b.      Karekteristik PMRI
Karakteristik PMRI merupakan karakteristik yang berasal dari RME. Dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan budaya setempat. Menurut De Lange dalam Marpaung (2009:2) karakteristik PMRI secara umum adalah sebagai berikut:
a)      Penggunaan konteks dalam eksplorasi fenomenologis
Titik awal pembelajaran sebaiknya nyata, sesuai dengan pengalaman siswa. Sehingga nantinya siswa dapat melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar tesebut dan dunia nyata dapat menjadikan alat untuk pembentukan konsep.
b)      Penggunaan model untuk mengkonstruksi konsep
Dikarenakan dimulai dengan suatu hal yang nyata dan dekat dengan siswa maka siswa dapat mengembangkan sendiri model matematika. Dengan konstruksi model-model yang mereka kembangkan dapat menambah kepemahaman mereka tentang matematika.
c)      Penggunaan kreasi dan kontribusi siswa
Pembelajaran dilaksanakan dengan melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang diharapkan memberikan kesempatan, atau membantu siswa, untuk menciptakan dan menjelaskan model simbolik dari kegiatan matematis informalnya.
d)     Sifat aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran
Siswa harus terlibat secara interaktif, menjelaskan, dan memberi alasan pekejaannya memilih masalah kontekstual (solusi yang diperoleh), memahami pekerjaan (solusi) temannya, menjelaskan dalam diskusi kelas sikapnya setuju atau tidak setuju dengan solusi temannya dengan solusi temannya, menanyakan alternatif pemecahan masalah, dan merefleksi solusi- solusi itu. Interaksi antar siswa, siswa-guru serta campur tangan, diskusi, kerjasama, evaluasi dan negosiasi eksplisit adalah elemen-elemen esensial dalam proses pembelajaran.
e)      Kesaling terikatan ( intertwinement ) antar aspek–aspek atau unit-unit matematika.
Struktur dan konsep-konsep yang muncul dari pemecahan masalah realistik itu mengarah ke intertwining (pengaitan) antara bagian- bagian materi. Integrasi antar unit atau bagian matematika yang menggabungkan amplikasi menyatakan bahwa keseluruhannya saling berkaitan dan dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah dikehidupan nyata.
Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil secara heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling berkerja sama dan membantu dalam memahami bahan ajar. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi dan saling membantu teman sekelompok dalam mencapai ketuntasannya (Slavin, 1995:73). Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan sifat berikut: (1) tujuan kelompok; (2) tanggung jawab individual; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetisi kelompok; (5) spesialisasi tugas; (6) adaptasi untuk kebutuhan individu (Slavin, 2008:26-27).
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa diharapkan untuk dapat siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara aktif melalui tugas-tugas atau masalah yang diajukan oleh guru.
Model Pembelajaran Realistik Setting Kooperatif
            Model Pembelajaran Realistik Setting Kooperatif adalah penerapan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan prinsip dan karakteristik pembelajaran matematika realistik (PMR) dalam menyusun langkah–langkah pembelajaran dengan setting kooperatif.  Sintaks model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif ada 6 fase, yaitu: (1) memotivasi Siswa; (2) menyajikan informasi dan melibatkan siswa  memahami masalah kontekstual; (3) mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar dan memberikan tugas kelompok; (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar; (5) diskusi dan negosiasi; dan (6) Evalusi dan Penghargaan. Penilaian dapat dilakukan di awal, pertengahan, ataupun  di akhir proses belajar mengajar.
Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
Prestasi Belajar
            Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman (2003:253) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berfikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Menurut Cockroft dalam Mulyono Abdurrahman (2003:253) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan oleh siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) mningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai proses belajar matematika oleh siswa dengan bantuan atau perdampingan guru. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran matematika kegiatan utama yang dilakukan oleh siswa untuk mempelajari bahan ajar matematika dalam rangka menguasai kompetensi yang telah diajarkan (Sumaryanta ,2009:25).
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu bentuk kegiatan pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa untuk menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif dalam rangka menguasai kompetensi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan tersebut guru berperan sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator, guru menyediakan berbagai sarana pembelajaran yang memudahkan siswa membangun pengetahuan matematikanya sendiri.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Minggir  pada bulan Agustus sampai dengan September pada semester 1 tahun ajaran 2011/2012. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII C semester 1 di SMP Muhammadiyah 1 Minggir. Obyek penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa melalui model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif.
            Desain penelitian  menggunakan Model Kemmis dan Taggart, konsep pokok penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart terdiri dari empat komponen yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus (Wijaya kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010:27).  Penelitian ini menggunakan 4 instrumen yaitu peneliti, lembar observasi, pedoman wawancara, dan tes prestai belajar. Proses analisis data dilakukan dengan langkah-langkah yaitu reduksi data, penyajian data, triangulasi, dan penarikan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
            Penelitian ini mengenai peningkatan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII C SMP Muhammadiyah 1 Minggir dengan menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2011 semester 1 tahun ajaran 2011/2012 yang dilakukan dalam 2 siklus.
Hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar pada siklus 1dan siklus 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Data hasil persentase skor aktivitas siswa pada siklus 1 dan siklus 2 menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif
No.
Aspek yang diamati
Siklus 1 (%)
Siklus 2 (%)
Pert.1
Pert.2
Pert.4
Pert.5
1
Memahami dan memperhatikan penjelasan guru
100
97,1
100
100
2
Bertanya kepada guru
50
52,9
73,5
82,4
3
Membaca dan memahami masalah yang diberikan
100
97,1
100
100
4
Menggunakan alat peraga
0
55,9
26,5
100
5
Berdiskusi dengan teman sekelompok
100
88,2
100
100
6
Memeriksa jawaban sebelum menuliskan ke lembar jawab
100
97,1
100
100
7
Mempersentasikan hasil pekerjaannya
20,6
20,6
17,6
29,4
8
Memberikan tanggapan atas hasil persentasinya kepada kelompok lain
29,4
17,6
58,8
26,5
9
Dapat membuat kesimpulan dari hasil diskusi
64,7
97,1
100
100
Rata-rata
62,7
69,3
75,2
82
Kategori
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
            Berdasarkan hasil dari tabel di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata setiap pertemuan, pada pertemuan pertama siklus 1 rata-rata yang diperoleh sebesar 62,7%dengan kategori tinggi, pada pertemuan kedua siklus 1 rata-rata yang diperoleh sebesar 69,3% dengan kategori tinggi, pada pertemuan keempat siklus 2 rata-rata yang diperoleh sebesar 75,2% dengan kategori tinggi, dan pada pertemuan kelima siklus 2 rata-rata yang diperoleh sebesar 82% dengan kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif semakin meningkat dari sebelumnya. Peningkatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa siswa semakin tertarik menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif yaitu ditunjukkan dengan peningkatan sebesar 6,6 % pada siklus 1 dan 6,8% pada siklus 2.
            Pada setiap akhir pertemuan pada setiap siklus dilaksanakan tes prestasi untuk melihat tingkat ketercapaian belajar siswa secara keseluruhan setelah dikenai tindakan selama setiap siklus yang menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif.
 Adapun hasil dari tes sebelum dikenai tindakan (tes pra siklus) , tes yang sudah dikenai tindakan pada siklus 1, dan tes yang dikenai tindakan pada siklus 2 yaitu:

            Tabel 2 Deskripsi prestasi belajar siswa pada tes pra siklus, tes siklus 1, dan tes siklus 2
No.
NIS
Tes Pra Siklus
Tes Siklus 1
Tes Siklus 2
Nilai
Ketuntasan
Nilai
Ketuntasan
Nilai
Ketuntasan
1
5689
83
Tuntas
90
Tuntas
85
Tuntas
2
5701
58
Belum Tuntas
70
Belum Tuntas
90
Tuntas
3
5708
77
Tuntas
80
Tuntas
65
Belum Tuntas
4
5714
79
Tuntas
75
Belum Tuntas
80
Tuntas
5
5718
77
Tuntas
70
Belum Tuntas
85
Tuntas
6
5721
55
Belum Tuntas
80
Tuntas
85
Tuntas
7
5722
83
Tuntas
80
Tuntas
80
Tuntas
8
5727
78
Tuntas
75
Belum Tuntas
80
Tuntas
9
5728
50
Belum Tuntas
50
Belum Tuntas
85
Tuntas
10
5738
53
Belum Tuntas
80
Tuntas
85
Tuntas
11
5742
53
Belum Tuntas
70
Belum Tuntas
80
Tuntas
12
5750
80
Tuntas
80
Tuntas
85
Tuntas
13
5754
86
Tuntas
85
Tuntas
85
Tuntas
14
5758
76
Belum Tuntas
85
Tuntas
80
Tuntas
15
5761
53
Belum Tuntas
75
Belum Tuntas
80
Tuntas
16
5765
53
Belum Tuntas
65
Belum Tuntas
80
Tuntas
17
5767
73
Belum Tuntas
80
Tuntas
100
Tuntas
18
5768
63
Belum Tuntas
80
Tuntas
80
Tuntas
19
5774
40
Belum Tuntas
55
Belum Tuntas
70
Belum Tuntas
20
5777
43
Belum Tuntas
70
Belum Tuntas
80
Tuntas
21
5778
87
Tuntas
90
Tuntas
75
Belum Tuntas
22
5787
43
Belum Tuntas
85
Tuntas
80
Tuntas
23
5797
53
Belum Tuntas
85
Tuntas
80
Tuntas
24
5798
53
Belum Tuntas
80
Tuntas
85
Tuntas
25
5801
80
Tuntas
80
Tuntas
100
Tuntas
26
5807
85
Tuntas
85
Tuntas
80
Tuntas
27
5808
65
Belum Tuntas
65
Belum Tuntas
95
Tuntas
28
5827
80
Tuntas
85
Tuntas
70
Belum Tuntas
29
5828
80
Tuntas
90
Tuntas
75
Belum Tuntas
30
5830
75
Belum Tuntas
85
Tuntas
80
Tuntas
31
5834
45
Belum Tuntas
60
Belum Tuntas
90
Tuntas
32
5838
55
Belum Tuntas
70
Belum Tuntas
80
Tuntas
33
5841
78
Tuntas
80
Tuntas
80
Tuntas
34
5842
77
Tuntas
80
Tuntas
90
Tuntas
Σ siswa tuntas
-
15
-
21
-
29
Rata-rata
64,74
-
76,91
-
82,32
-
% Ketuntasan
-
44 %
-
61,76%
-
85,29%
            Berdasarkan hasil dari tabel di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari dari nilai rata-rata tes pra siklus sebesar 64,74 dengan persentase ketuntasan 44%, pada siklus 1 nilai rata-rata menjadi 76,91 dengan persentase ketuntasan mencapai 61,76%, dan pada siklus 2 nilai rata-rata menjadi 82,32 dengan persentase ketuntasan 85,29%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Melalui hasil penelitian di kelas VIII C SMP Muhammadiyah 1 Minggir ini menunjukkan bahwa model pembelajran Realistik Setting Kooperatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya  kepemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru ketuntasan belajar siswa, hal ini ditunjukkan persentase ketuntasan pada siklus 1 adalah 61,76 % dan pada siklus 2 persentase ketuntasan siswa mencapai 85,29 %.
Aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Realitik Setting Kooperatif dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus 1 yaitu 69,3 % dan mengalami kenaikan pada siklus 2 yaitu 82 % hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terasa menglami peningkatan. Hasil rata- rata pada siklus 1 adalah 76,91 dan hasil rata-rata pada siklus 2 mencapai 82,35.
Proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dan menerapkan pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul, diantaranya aktivitas meomotivasi siswa, memberikan contoh persoalan matematika dalam kehidupan sehari–hari, membimbing, memberi arahan dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab, dan memberikan penilaian terhadap setiap kelompok dimana persentase untuk aktivitas dalam keterlaksanaan pembelajaran di atas cukup besar.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama 2 siklus menggunakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif pada siswa kelas VIII C SMP Muhammadiyah 1 Minggir dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belalajar siswa.
1.      Peningkatan aktivitas belajar siswa ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata akivitas siswa pada siklus 1 mencapai 69, 3 % dengan katagori tinggi dan pada siklus 2 mencapai 82 % dengan katagori sangat tinggi.
2.      Peningkatan prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dengan nilai rata –rata pada kondisi awal yaitu 66,74 dengan persentase ketuntasan belajar mencapai 44 %. Dan setelah diadakan tindakan pada siklus 1 rata-rata kelas mencapai 76,91 dengan persentase ketutasan mencapai 61,76%. Kemudian tindakan pada siklus 2 rata-rata kelas menjadi 82,5 dengan persentase ketuntasan mencapai 85,29 %.
Dari hasil tindakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan Model Pembelajaran Realistik Setting Kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelum agar proses belajar mengajar Matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1)      Untuk melaksanakan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran Realistik Setting Kooperatif dalam proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal.
2)      Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
3)      Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mulyono. 2003. PENDIDIKAN Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 1996. TES PRESTASI Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemaen Pendidikan dan Kebudayaan republik Indonesia. 1998. Kamus besar bahasa Indonesia.
Depdiknas. 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian di SD, SDLB, SLB Tingkat Dasar dan MI. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ibrahim, Muslimin dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Universitas Negeri Surabaya.
Kusumah, Wijaya. & Dwitagama, Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.
Riduwan. 2006. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Shadiq, Fadjar, & Mustajab, Amini, Nur. 2010. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RALISTIK DI SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.
Slavin, R.E.  1995. Cooperative Learning, second edition. Allyn & Bacon: Massachusets.
Slavin, R.E.  2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Slameto. 2010. BELAJAR dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sumaryanta. 2009. Teknologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Univesitas PGRI
              Yogyakarta.
Suprijono, agus.2010. Cooperative Learning Teori dan Amplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tahmir, Suradi. 2006. Model Pembelajaran Resik Sebagai Strategi. Tesis tidak diterbitkan. Makassar. Progra Pascasarjana UNM Makassar.







               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar